Contoh pertanyaan yang sering ditanyakan anak:
"Kenapa bulan kadang-kadang keluar di siang hari?"
"Bumi beratnya berapa?"
"Kenapa pesawat bisa terbang?"
"Apa kita kelak akan menemukan alien?"
"Kenapa air itu basah?"
"Pelangi terbuat dari apa?"
"Ke mana burung-burung terbang ketika musim dingin?"
Dan, tentu saja, pertanyaan favorit anak-anak: "Kenapa langit warnanya biru?"
Pertanyaan umum di atas sebenarnya dapat dengan mudah dijawab oleh para ahli cuaca, insinyur, ilmuwan, serta rujukan sejuta umat: Wikipedia. Sebenarnya terdapat data yang cukup untuk menjawab pertanyaan. Tapi banyak orangtua enggan melakukan itu.
Demi menjaga wibawa, mereka lebih suka mengalihkan pembicaraan, atau mengarang sesuatu, ketika ditanya sesuatu yang mereka tak tahu jawabannya.
Berkat acara televisi yang inovatif dan alat pembelajaran interaktif, anak-anak memang cenderung lebih paham soal sains ketimbang orangtuanya. Hasil survei menunjukkan, para orangtua percaya bahwa anak mereka lebih pandai dalam hal matematika dasar dan ilmu alam. Temuan lain: para ibu tidak memahami pertanyaan matematika sang anak — sebab dulu mereka tidak diajarkan itu di sekolah.
Tidak mudah merawat anak-anak "Generasi Facebooker", tetapi ada juga keuntungannya. Akses untuk mencari jawaban sekarang lebih mudah, dan proses penelitian dapat menjadi momen pembelajaran baik untuk orangtua dan anak.
Seorang ayah yang memiliki anak yang sangat kritis berusaha mencari semua jawaban atas pertanyaan sang anak. Ketika anaknya bertanya mengapa polisi suka makan donat, sang ayah meminta pertolongan petinggi polisi di Miami. Dijawab: “Karena toko donat ada di mana-mana, mudah dimakan dan cepat didapat. Jika dimakan di mobil dan ada panggilan darurat, bisa langsung disingkirkan.”
Dan itulah
jawabannya.Menggunakan sumber dari para ahli bukanlah metode yang mudah,
tetapi mungkin lebih sulit lagi untuk mengakui kepada anak Anda bahwa
ada hal-hal yang Anda tidak ketahui jawabannya.