Bukan anjing saja yang memiliki daya penciuman tajam, burung dara juga mengandalkan penciuman untuk mengendus jalan pulang.
Hal itu terungkap dalam sebuah riset sejumlah peneliti Italia yang tertarik pada kemampuan burung dara kembali ke rumah dari tempat berjarak ratusan kilometer sehingga dimanfaatkan untuk mengirim pesan bahkan menyelundupkan narkoba.
Para peneliti itu memperoleh bukti bahwa burung-burung tersebut mengandalkan satu dari dua lubang hidungnya untuk menemukan rumahnya.
Dalam Journal of Experimental Biology, tim itu melaporkan bahwa merpati yang disumbat lubang hidung kanannya tidak mampu menciptakan “peta bau” untuk memandunya dalam perjalanan.
Burung dara rumah adalah kerabat merpati karang yang didomestikasi dan memiliki kemampuan naluriah untuk menemukan cara pulang ke sarang mereka setelah menempuh perjalanan jauh.
Burung domestik disilangkan untuk menyempurnakan kemampuan tersebut, membantu mereka menemukan kandang tempat mereka dipelihara.
Sejumlah riset terdahulu mengungkapkan bahwa ketika bertengger dalam kandang, burung-burung itu mempelajari arah dari mana segala aroma berasal.
Burung dara tempaknya mengkonstruksikan sebuah peta mental dari berbagai bebauan, sebuah peta yang cukup akurat memandu mereka mencari arah rumah sampai mereka menemukan landmark lokal.
Dalam riset itu, para ilmuwan menyumbat salah satu lubang hidung, kanan atau kiri, merpati yang dipelihara di luar kota Pisa. Mereka melepas burung dari Cigoli, 40km dari Pisa, dan mengikuti rute kepulangan burung menggunakan alat pelacak GPS.
Dengan menganalisis jalur penerbangan burung itu, Anna Gagliardo dan timnya di Dipartimento di Etologia, Ecologia ed Evoluzione, Universitá di Pisa, Italia, dapat melihat bahwa merpati yang tidak dapat bernafas melalui lubang hidung kanannya mengambil jalur yang lebih berliku-liku.
“Burung itu juga lebih sering berhenti daripada burung yang disumbat lubang hidung kirinya dan mengambil rute lebih panjang untuk pulang,” katanya.
Riset lain memperlihatkan bahwa merpati dapat merasakan medan magnetik bumi, membuat mereka memiliki semacam kompas internal untuk memandu penerbangan.
“Bau adalah petunjuk penting yang membuat mereka memahami tengah berada di mana serta jalan menuju rumah,” kata Gagliardo.
sumber :http://www.tempointeraktif.com/hg/sains/2011/02/01/brk,20110201-310435,id.html