Untuk membuktikannya, para peneliti dari Duke University dan University of Adelaide di Australia melakukan percobaan pada beberapa ekor anak tikus dan induknya. Percobaan yang dilakukan pada peneliti tersebut menggunakan teknik yang disebut handling paradigm.
Sebagian anak tikus dipisahkan dari kandang induknya selama 15 menit, lalu dikembalikan lagi. Perlakuan ini membuat induk ikus tergerak untuk menghampiri anaknya, mengendus-endus dan terlibat kontak fisik lebih intens dibandingkan yang tidak pernah dipisahkan.
Dalam beberapa kali percobaan, anak tikus yang jarang diendus-endus iduknya cenderung kembali ke ruangan yang ada morfinnya meski sudah tidak pernah diberi morfin lagi. Kecenderungan ini menunjukkan gejala kecanduan, yang tidak ditemukan pada anak tikus yang sering diendus-endus induknya.
Namun para peneliti mengatakan, molekuol interleukin juga ditemukan pada otak manusia dan kadarnya dipengaruhi oleh emosi dan kasih sayang. Dikutip dari Dailymail, Jumat (9/12/2011), molekul ini menghambat munculnya rasa senang dan efek ketagihan dari narkoba.